Lusi Nesrika jelita, S.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Segurat Rindu(TantanganGurusiana#Tantangan Hari ke-29)

Segurat Rindu(TantanganGurusiana#Tantangan Hari ke-29)

Segurat Rindu

Matahari kian menuju ke peraduannya. Para siswa yang mengikuti ekstra kurikuler sudah mulai beranjak pulang. Begitu juga dengan Penjaga sekolah yang mulai mengunci setiap ruangan di sekolah ini. Sebagian dari mereka menyapu dan membersihkan halaman beserta teras. Semua kantin yang ada di sekolah ini pun sudah tutup, kecuali kantin tempat aku dan Dira sedang menyeruput teh yang terlanjur dingin.

Sudah hampir dua jam setelah bel pulang berbunyi, Kami duduk di kantin Bu Gus. Begitu juga dengan teh yang disajikannya. Teh yang awalnya disajikan panas, sekarang sudah berubah rasa menjadi dingin. Sedingin tatapan mata Dira

Dira adalah siswa yang mencuri perhatian ku beberapa hari ini. Ia seorang anak yang pendiam dan begitu kelihatan cuek. Saking cueknya, apa pun yang terjadi di kelas itu, ia tidak peduli. Misalnya ketika pergantian jam pelajaran. Di saat ini biasanya kesempatan bagi para siswa untuk merilekskan dirinya sejenak. Sambil menunggu guru masuk pada jam berikutnya, mereka akan ngobrol satu dengan yang lain. Berkunjung ke meja satu ke meja yang lain.

Hal itu tidak berlaku pada Dira. Ia hanya duduk tenang sambil memainkan ujung pulpen di sudut bibirnya. Suara cegkrama teman sekelasnya tidak membuat ia terusik. Tapi, bukan karena itu dia aku panggil hari ini.

Kejadian pagi tadilah yang membuat aku merasa berkewajiban untuk memanggilnya dan duduk di kantin ini. Tidak biasanya ia datang terlambat. Terlambatnya hampir 2 jam pelajaran. Penampilannya pun berbeda dengan teman-teman sekelasnya. Hari ini , seharusnya memakai pakaian abu-abu putih dan hijab putih. Tapi, Dira malah memakai rok hitam dan hijab hitam. Kontan, teman-temannya tertawa melihat penampilan Dira. Namun, ia cuek. Ia seakan tidak mendengar ocehan temannya. Ia berlalu masuk dan duduk di kursinya setelah aku mengizinkan. Ia menuju ke tempat duduknya Dengan gontai. Segurat luka tergambar di wajahnya. Sorotan mata yang redup jelas terlihat. Matanya yang sembab masih kentara. Karena melihat keadaannya seperti itulah aku urungkan niat untuk bertanya alasan dia terlambat. Sengaja aku langsung mengizinkan Dira masuk tanpa satu pun pertanyaan.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Yah...Bu...ngk sbar bca klnjutannya... tlisan yg hebat, Bu.

13 Feb
Balas

Terima kasih uni... insyaallah ceritanya lanjut ke tantangan 60 hari.

13 Feb

Dtunggu crta hbatnya, Buu...

13 Feb

Hebat buk Lusicuma satu hari lagi untuk tantangan hari ke 30Congrate

12 Feb
Balas

Sukron bapak....

13 Feb

Afwan :)

13 Feb
Balas

Tak sabar nunggu lanjutannya...Bisa jd novel Best Seller nich, buk Lusi..

13 Feb
Balas

Aamiin...he...he...tunggu kelanjutannya...

14 Feb



search

New Post