Lusi Nesrika jelita, S.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Bunuh Diri (Tagar#Tantangan Hari ke-22)

Bunuh Diri (Tagar#Tantangan Hari ke-22)

Tiga bulan sudah aku tinggal di keluarga ini. Semua keluarga menerimaku apa adanya. Padahal, penampilanku tidak terlalu menarik, bahkan badanku agak kurus. Namun, aku berhasil membuat mereka jatuh hati padaku.

Di rumah ini, seluruh kebutuhannku terpenuhi. Tak pernah aku merasa kekurangan. Dari kebutuhan makan, tempat tidur dan WCku pun dipersiapkan khusus. Bahkan, keluarga ini rela mengeluarkan koceknya untuk membeli makanan khusus untukku. Kalauku perhatikan dari kemasannya, makanan ini cukup mahal.

Selain itu, mereka juga memperhatikan kesehatanku. Secara rutin, mereka memandikanku dengan air hangat dan menggunakan sampo yang wangi. Pernah suatu kali aku dibawa ke klinik untuk diimunisasi. Bahkan ketika aku menderita penyakit kulit, mereka panik. Langsung aku dibawa ke dokter untuk diobati.

Tidak hanya kebutuhan lahir dipenuhi, melainkan juga kebutuhan batin pun tak pernahku merasa kekurangan. Ini mereka tunjukkan dengan perhatian yang penuh. Rasa sayang yang tampak jelas terlihat. Aku tidak pernah merasa kesepian. Keluarga ini sering mengajakku bermain. Tak pernah bosan aku bermain dengan mereka. Aneka permainan mereka sediakan untukku. Terutama bola. Ya. Bermain bola adalah kesukaanku. Berbagai macam bola, dari bola kecil hingga besar aku miliki.

Namun, kalau mereka ke sekolah, aku tinggal sendiri di rumah. Sepi sih. Tapi aku sabar menunggu mereka pulang. Sesampainya di rumah, dengan riang aku menyambut mereka. Biasanya, mereka berebut untuk menggendongku. Dengan manja, aku pun menikmati suasana ini.

Sekarang, semua telah berakhir. Ternyata, tidak semua keluarga ini sungguh-sungguh menyayangiku. Aku putus asa. Kejadian pagi tadi, membuat luka di hati. Tak percaya rasanya. Namun, apa daya. Kenyaataanya memang begitu.

Maksud hati, ingin bermain. Aku merasa sangat gembira kala itu. Seluruh keluarga berkumpul di ruang tengah. Merupakan suasana hal yang jarang aku temukan. Aku berusaha mencari perhatian mereka. Aku beraksi. Aku mengguling-gulingkan badanku yang montok. Aku menggosok-gosokkan kukuku ke karpet. Aku melompat-lompat kegirangan. Saking gembiranya, keempat kakiku ku atur di lantai dengan menjarakkan. Ekorku yang lebat menawan tergeletak lurus di belakang. Spontan, aku melompat dan memeluk betis bunda. Menggigit manja di betis itu, seperti yang ku lakukan terhadap yang lain. Namun apa yang terjadi di luar dugaanku. Biasanya, ending dari aksiku itu adalah aku digendong, dipeluk bahkan diciumi. Kenyataannya yang terjadi malah sebaliknya. Bunda histeris. Aku terbanting ke sudut ruangan. Ada rasa sakit di kepalaku. Aku mengeong kuat. Lalu, sampailah aku di atas atap itu. Aku sangat ketakutan.

Seperti itulah kira-kira arti tatapan Fi-Qi yang aku rasakan ketika melihat dia berada di atas atap tetanggaku. Ia menatapku dalam. Tatapan ucapan terimakasih. Namun, ada semburat kesedihan yang terpancar di irisnya. Tetiba, muncul rasa bersalah di hatiku. Tak ada maksud untuk menyakitinya. Aku terperanjat ketika ia mendarat di kakiku kala itu.

Sedangkan anakku menangis di bawah sana. Tak henti-hentinya ia memanggil Fi-Qi.

“Fi-Qi, Fi-Qi, ayo turun. Nanti kamu jatuh”, ucap anak gadisku di sela isaknya.

Namun, yang dipanggil tidak peduli. Anakku bertambah histeris ketika Fi-Qi menjulurkan kedua kaki depannya ke ujung atap.

“Tidaaaaaak…jangaaaaaan”, teriaknya menyayat hati.

Untunglahlah suamiku sudah berada di atap itu. Perlahan, ia meraih Fi-Qi dan membawanya turun. Sesampainya di bawah, anakku langsung memeluk dan menciumi kucing kesayangannya.

Sedangkan aku terpaku berdiri. Ada perasaan berkecamuk di kepala, antara perasaan bersalah, tak percaya dan juga iba. Aku Seakan bermimpi dan berusaha mencerna kejadian barusan. Sungguh di luar nalarku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post